Memang ada segelintir orang dalam
kalangan fitnes Indonesia yang memakai dan mengedarkan steroids dan
obat-obat hormon lainnya. Kelompok orang ini memiliki strategi khusus
dalam “menjerat” beberapa konsumennya. Berikut ini adalah beberapa
rayuan tipikal yang biasanya disampaikan untuk meyakinkan orang lain
untuk membeli apa yang ditawarkan:
- Bahwa produk yang ditawarkan adalah suplemen, bukan obat.
Mereka tidak akan pernah
ragu untuk menipu demi meyakinkan calon mangsanya. Biasanya hal ini
terjadi pada calon konsumen yang dianggapnya mudah ditipu dan berada
dalam kategori pemula.
- Bahwa produk tersebut aman, serta mengatakan kanker adalah penyakit keturunan. “Kalau tidak ada keturunan, kita tidak mungkin terserang kanker.”
Salah satu efek samping terbesar dari steroids adalah tingkat kerusakan yang tinggi terhadap organ hati.
Sebagai organ yang menetralisir racun dalam tubuh, organ hati yang
terekspos dengan penggunaan steroids akan sulit menetralisir racun yang
masuk atau radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh. Organ hati yang
rusak berarti tubuh sudah tidak memiliki mekanisme pelindung diri
terhadap racun lingkungan dan radikal bebas lainnya, daya tahan tubuh
pun merosot tajam dan sel kanker akan mudah tumbuh tanpa harus peduli
ada keturunan atau tidak.
Satu hal lagi tentang kanker sebagai penyakit keturunan, bahwa pada dasarnya semua
orang di dunia memiliki sel kanker di dalam tubuhnya. Banyak yang tidak
mengidap kanker karena daya tahan tubuhnya yang lebih kuat, sehingga
sel kanker tersebut tidak aktif.
- Bahwa
harganya lebih murah dari beberapa jenis suplemen, tapi memiliki
efektifitas yang lebih tinggi. Untuk apa membeli yang lebih mahal tapi
kalah bagus daripada yang lebih murah?
Rayuan seperti ini biasanya
dilancarkan kepada member pusat kebugaran yang mengeluhkan suplemennya
tidak berguna atau tidak memberikan efek yang diinginkan. Bukannya
memberikan saran latihan dan nutrisi yang tepat, para penjual steroids
dan obat hormon akan langsung menawarkan solusi jalan pintas dan
berusaha meyakinkan dengan “berpura-pura” menjadi teman akrab yang
“peduli” terhadap calon konsumennya.
- Calon konsumen akan diberikan gratis terlebih dahulu, apabila ingin membeli, yang berikutnya harus membayar.
Ini mungkin trik pendekatan
yang paling klasik yang pernah dilakukan oleh para dealer obat-obat
hormon. Sayangnya, trik ini masih cukup efektif karena iming-iming
gratis memang selalu menggiurkan orang yang ingin mencari jalan pintas.
- Bahwa ada dokter yang meresepkan steroids tersebut, sehingga dosis yang diberikan adalah dosis yang aman.
Melibatkan profesi dokter
sebagai tameng pelindung dan “garansi palsu” juga sangat sering
digunakan untuk tujuan terlihat lebih bonafide, terlepas dari
benar-tidaknya resep tersebut dituliskan oleh seorang dokter. Yang perlu
dicermati bahwa semua dokter di Indonesia adalah anggota dari Ikatan
Dokter Indonesia dan terikat oleh sumpah profesi yang mereka pernah
ucapkan. Meresepkan obat hormon atas nama dokter itu sendiri kepada
orang sehat yang tidak memerlukannya sudah merupakan suatu bentuk
malpraktek yang bisa berbuntut panjang (seperti di meja pengadilan,
hingga pencopotan ijin praktek).
Sebagai orang yang pintar
dan terikat erat oleh etika profesi, seorang dokter tidak akan dengan
mudah mau mempertaruhkan reputasi dan ijin mata pencahariannya hanya
untuk seorang dealer / penjual steroids. Kalaupun ada, maka dokter
tersebut pantas untuk dilaporkan ke pihak yang berwajib disertai
bukti-bukti yang jelas.
Namun kemungkinan
terbesarnya adalah bahwa sang penjual steroid ini membaca dan
mempelajari sendiri dosis steroid pada suatu buku yang ditulis oleh
seorang yang tak berlatarbelakang kedokteran, dan kemudian mengaku sudah
mengacu pada resep dokter.
sumber ; Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar